Heyyy temans blogger... Gue mau berbagi seputar kegalaun gue (?) Hahahaha... So,
udah tau kan kalau gue tergabung dalam suatu organisasi, bahkan menduduki
jabatan tertinggi.
Okay, dalam sebuah organisasi,
well, kehidupanlah, ga mungkin dong berjalan lurus mulus tanpa hambatan dan
rintangan yang menghalangi? Yap!! Aapapun masalah yang gue hadapi dalam
berorganisasi selalu bikin gue galau. Karena, masalah itu harus gue selesaikan
melalui jalur logika atau perasaan (?).
Yeah... Banyak yang bilang ke
gue, “Organisasi itu main otak Dit,
logika, bukan perasaan”. Gue klarifikasi dikit, ‘prerasaan’ yang dimaksud bukan ‘perasaan
suka’ kepada sesama anggota/mantan anggota ya. Tapi lebih ke-perasaan yang
dirasain terus-menerus, kepikiran akan masalah yang dihadapi. Harus gue akui
kalau omongan orang-orang memang benar. Lebih cepat menyelesaikan masalah
menggunakan logika daripada perasaan, biar masalah yang dihadapi cepat selesai
dan ga berlarut-larut.
Dengan logika, kita bisa
memecahkan masalah dengan baik dan bijaksana demi kebaikan bersama secara
profesional. Tapi, jalur logika juga bisa menyebabkan keegoisan juga loh..
Karena, logika itu tidak berdasarkan hati nurani. Seperti contoh : Dalam
organisasi yang gue pimpin, gue mendapat banyak masukan yang bagus dari orang
diluar organisasi, tapi masukannya ga sesuai dengan sikon organisasi gue. Gue
ngambil keputusan untuk tidak merealisasikan masukan itu karena, “Hey... Gue ketuanya loh... Gue berhak
memutuskan apapun karena gue orang dalam, gue lebih tau keadaannya. So, thanks
buat masukannya. But sorry karena ga bisa gue laksanakan”. Nah... Egois kan
gue, ga mikirin perasaan yang kasi masukan. Padahal jelas-jelas masukannya
bagus. Dan yang kasi masukanpun mungkin pernah melaksanakan yang diucapknnya.
Dan sekarang perasaan, kita memecahkan
masalah dengan hati nurani yang manusiawi, dengan memikirkan perasaan orang
sekitar agar tidak terluka. Dengan begitu kita tidak terkesan egois. Tapi
biasanya perasaan itu bikin galau -,- Terus-menerus tuh kita pikirin masalah. Contohnya
sama deh kaya yang tadi, bedanya gue melaksnakan masukan itu karena, “Masukanya bagus, tapi ga sesuai sikon.
Yaudahlah gue coba dulu, ga ada salahnya kok nyoba. Toh mereka kasi masukan
juga karena mereka care sama rganisasi gue. Yaudah deh coba”. Nah loh,
bingung juga kan. Coba melaksanakan tapi bingung cara menjalankannya gimana,
jadi tetep kepikirankan.
Nahh... Itu kegalauan yang gue
rasain dalam memecahkan masalah. Biasanya perempuan itu identik dengan dengan
perasaan, dan laki-laki identik dengan logika. Yup!! Gue percaya, karena gue
juga merasa. Tapi gue juga tetep memiliki logika lohh. Yah... gue terkadang
terus-menerus mikirin masalah tanpa menindaklanjuti penyelesaiannnya. Alhasil
jadi berlarut-larut dah tuh masalah. But actually, meskipun kepikiran sampe
berlarut-larut, gue tetep memikirkan hal terbaik untuk menanggapi masalah yang
dihadapi agar tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Gue terus memikikirkan
penyelesaian yang terbaik dengan tepat namun tidak ada pihak yang kecewa karena
merasa tidak adil. Terkadang, kalau gue udah bingung banget, gue melakukan
voting untuk mengambil keputusan. Ehehehe...
Jadi, menyelesaikan masalah itu
harus cepat dan tepat. Makanya, antara logika dan perasaan itu harus seimbang.
Karena pada dasarnya kedua jalur itu saling melengkapi. Dengan logika, kita
bisa menyelesaikan masalah dengan cepat. Dengan perasaan, kita bisa
menyelesaikan masalah tanpa harus ada yang merasa kurang puas. Makanya kita
juga harus pintar menentukan, mana masalah yang harus diselesaikan dengan
perasaan dan mana masalah yang harus diselesaikan dengan logika. Karena ga
semua masalah dapat diselesaikan hanya dengan logika sendiri, atau perasaan
sendiri. Keduanya penting karena saling melengkapi. Bagaikan laki-laki (logika)
dan perempuan (perasaan) yang bersatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar