Selasa, 27 Desember 2011

Hidup itu Pilihan ^1^


Laporan Hasil Belajar sudah di bagikan. Dengan hati dag dig dug gue menunggu Papah yang sedang mengambilnya.

Sehari sebelum Ujian Semester Gasal di laksanakan, gue teringat akan ucapan gue saat beberapa hari duduk di bangku kelas XI, “Kalo gue masuk 10 besar di kelas, gue ga jadi pindah sekolah”. Saat mengucapkan hal itu, gue merasa gue ga akan jadi pindah sekolah. Padahal dari kelas X gue emang mau banget pindah sekolah. Gue pikir gue akan bertahan di 9, makanya gue bilang begitu. Terlebih lagi, di kelas gue lumayan aktif dan yakin bisa mendapat peringkat yang lebih baik dari kelas X. Disini juga gue pikir, gue belum tentu bisa dapet perigkat yang lumyana di sekolah lain. Makanya gue memutuskan hal semacam itu. Gue juga merasa kalo gue kurang bisa menyesuaikan diri dengan lingkunagan baru, jadi akan lebih sulit beradaptasi lagi jika pindah sekolah.



Namun, semua perkiraan gue hampir salah. Makin lama gue makin ga betah di 9. Banyak faktor yang membuat gue ga betah dan muak dengan sekolah itu, yang ga bisa gue beberkan di sini.

Hingga akhirnya, gue memutuskan ingin pindah sekolah lagi, dan kedua orang tua gue mendukung. Memang dari dulu mereka juga yang menginginkan gue pindah sekolah, dengan alasan lokasi yang terlalu jauh, karena kendaraan juga sedang tidak memungkinkan.

Mengingat semua itu, membuat gue berharap untuk tidak masuk 10 besar. Meskipun masuk 10 besar itu merupakan hal yang cukup baik. Tapi gue ga menginginkan hal itu untuk saat ini *waktu belom tau*.

Akhirnya, Papah pulang. Dengan dag dig dug gue tanya “Pah, peringkat berapa?”. Eehh… Papah ge dengan santainya jawab “Ga tau, lupa nanya”. Behh… Kesel setengah jiwa gue. Langsung aja dah gue minta no Wali Kelas gue ke temen. Dan… Setelah gue tau gue di posisi berapa, gue lemes..

Gue ada di urutan peringkat 7 -____- sungguh perasaan yang ga bisa di tuliskan, antara senang, sedih, bangga, kecewa di campur aduk semua. Tapi, melihat nilai gue yang pas-pasan tapi dapet peringkat 7, bikin gue bertanya-tanya. “Gimana bisa dengan nilai pas-pasan kaya gini masuk 10 besar, peringkat 7 pula. Lalu, gimana nilai yang peringkat 40??”. Lalu, semua itu membuat gue makin berniat pindah sekolah lagi tanpa memikirkan ucapn gue dulu -___-

Di satu sisi, gue tetep memikirkan ucapa gue itu, yang mungkin bisa di bilang nazar. Yahh… Nazar itu kan harus di tepati, janji pada Allah. Dan itu membuat gue bingung. Gue harus memilih. Menjalankan nazar itu dengan tetep sekolah di 9, atau mengabaikan nazar itu dengan pindah sekolah dengan alasan, akan menyiksa diri gue sendiri jika terus-terusan berada di 9. Ga banyak yang tau memang tentang alasan gue ingin pindah sekolah dan nazar itu, bahkan orang tua gue sekalipun. Kali ini gue harus bener-bener harus memilih.

Yahh… Hidup itu adalah sebuah pilihan, hal itu juga yang pernah gue ucapkan pada temen gue beberapa hari yang lalu. Dan sekarang, hal itu terjadi pada gue. Sungguh benar-benar pilihan yang sulit. Jika tetap di 9, entah gue jadinya gimana. Jika bersikeras pindah sekolah, gue lebih ga tau akan jadi gimana dengan lingkungan yang baru. Tapi, apa salahnya mencoba? Konsekuensinya, gue melanggar nazar itu…  -________-

3 hari berlalu, gue masi belum bisa menentukan pilihan. Tanpa kasi tau orang tua gue tentang nazar itu, gue kebingungan sendiri. Padahal mereka sudah ingin memindahkan gue sekolah. Gue juga sampai saat ini masi cari tau, apakan nazar itu bisa di langgar dengan alasan yang gue berikan …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar