Minggu, 07 April 2013

Tahapan, Fungsi dan Tujuan Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian

1. Tahapan Sosialisasi
Menurut Charles Horton Cooley, tahapan sosialisasi seseorang dapat berkembang melalui interaksi sosial (looking-glass self), memandang diri sendiri. Konsep ini merupakan penanda adanya kesadaran akan adanya peran yang ia jalankan dan peran yang dijalankan orang lain. Tahapan sosialisasi sebagai berikut :

a. Tahapan Persiapan (preparatory stage). Tahapan persiapan dialami individu sejak lahir ke dunia. Tahap persiapan merupakan tahap pemahaman terhadap diri sendiri. Pada tahap ini, anak mulai melakukan tindakan meniru meskipun belum sempurna.

b. Tahap Meniru (play stage). Pada tahap ini anak dapat meniru perilaku orang dewasa dengan lebih sempurna. Pada tahap ini anak sudah mengenali dirinya dan orang lain didekatnaya, serta mampu memahami suatu peran.

c. Tahap Siap Bertindak (game stage). Pada tahap ini imitasi yang dilakukan anak mulai berkurang dan diganti dengan kesadaran penuh atas perannya dalam keluarga dan masyarakat. Pada tahap ini interaksi sosial sering terjadi dan anak menyadari mengenai peraturan yang berlaku.

d. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (generalized stage). Pada tahap ini anak sudah mencapai proses pendewasaan dan mengetahui dengan jelas kehidupan masyarakat. Anak mampu mengetahui peran yang harusnya dilakukan dalam masyarakat.


2. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses pembelajaran nilai dan norma sosial unttk membentuk perilaku dan kepribadian individu sesuai dengan peraturan masyarakat. Adapun fungsi sosialisasi sebagai berikut:
a. Membentuk pola perilaku dan kepribadian individu berdasarkan kaidah nilai dan norma suatu masyarakat.
b. Menjaga keteraturan hidup dalam suatu masyarakat atas keragaman pola tingkah laku berdasarkan nilai dan norma yang diajarkan.
c. Menjaga intergrasi kelompok dalam masyarakat.



3. Tujuan Sosialisasi
a. Mewariskan nilai dan norma kepada generasi penerus.
b. Membantu individu untuk mengenal lingkungan sekitar (adaptasi).
c. Memberikan pengetahuan yang berhungungan dengan nilai dan norma yang harus dipelajari, diinteralisasi serta dilakukan oleh individu.
d. Menjaga hubungan ssial yang ditunjukan dengan adanya integrasi dalam masyarakat.
e. Mencegah terjadinya perilaku menyimpang yang akan dilakukan oleh seseorang atau sebagai dasar pengendalian sosial.


4. Bentuk Sosialisasi
a. Sosialisasi primer merupakan bentuk sosialisasi pertama yang diterima individu dalam lingkungan keluarga.

b. Sosialisasi sekuder dilakukan setelah sosialisasi primer. Sosialisasi ini terjadi ketika individu memasuki dunia sekolah, lingkungan bermain, lingkungan kerja dan media massa.

c. Sosialisasi represtif merupakan bentuk sosialisasi yang berkaitan dengan pemberian hadiah (reward) dan hukuman (punishment).

d. Sosialisasi partisipatoris merupakan sosialisasi yang dilakukan dengan mengutamakan partisipasi anak.

e. Sosialisasi secara sengaja (formal) merupakan bentuk sosialisasi yang dilakukan melalui proses pendidikan.

f. Sosialisasi secara tidak sengaja (nonformal) terjadi karena faktor ketidaksengajaan melaui interaksi sosial dengan orang lain. Individu meniru tindakan subjek sosialisasi dalam interaksi yang teralin diantara mereka.

g. Sosialisasi langsung dilakukan secara face to face tanpa menggunakan media atau perantasa komunikasi.


5. Faktor Pembentuk Kepribadian
Sosialisasi berpengaruh pada proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu. Faktor pembentuk kepribadian sosialisasi sebagai berikut :

a. Faktor Biologis. Kondisi biologis dapat diengaruhi oleh faktor keturunan, misalnya bagian tubuhnya kurang sempurna.

b. Faktor Kelompok. Kelompok sangat mempengaruhi proses pembentukan kepribadian individu. Individu yang bergabung dalam kelompok anak nakal, besar kemungkinan akan menjadi anak nakal pula.

c. Faktor Prenatal. Faktor ini berkaitan denganpemberian rangsangan atau stimulus ketika anak masih didalam kandungan.

d. Faktor Geografis. Kondisi geografis suatu daerah akan berpengaruh pada pembentukan watak individu dalam masyarakat. Misalnya seorang dari daerah terpencil memiliki kepribadian yang berbeda dengan kepribadian seseorang dari daerah pdat penduduk.

e. Faktor Kebudayaan. Suatu kebudayaan daat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Misalnya, orang dari suku Minang senang meratau dan orang dari suku Jawa berkepribadian halus.

f. Faktor Pengalaman. Pengalaman yang menyenangkan dapat membuat seseorang mengembangkan kepribadiannya. Sebaliknya, pengalaman yang buruk dapat menyebabkan seseorang trauma.





Sumber : Buku Detik Detik Ujian Nasional Sosiologi- Intan Pariwara

1 komentar: