1. Tahapan
Sosialisasi
Menurut Charles Horton Cooley,
tahapan sosialisasi seseorang dapat berkembang melalui interaksi sosial
(looking-glass self), memandang diri sendiri. Konsep ini merupakan penanda
adanya kesadaran akan adanya peran yang ia jalankan dan peran yang dijalankan orang
lain. Tahapan sosialisasi sebagai berikut :
a. Tahapan
Persiapan (preparatory stage). Tahapan persiapan dialami individu sejak lahir
ke dunia. Tahap persiapan merupakan tahap pemahaman terhadap diri sendiri. Pada
tahap ini, anak mulai melakukan tindakan meniru meskipun belum sempurna.
b. Tahap
Meniru (play stage). Pada tahap ini anak dapat meniru perilaku orang dewasa
dengan lebih sempurna. Pada tahap ini anak sudah mengenali dirinya dan orang
lain didekatnaya, serta mampu memahami suatu peran.
c. Tahap
Siap Bertindak (game stage). Pada tahap ini imitasi yang dilakukan anak mulai
berkurang dan diganti dengan kesadaran penuh atas perannya dalam keluarga dan
masyarakat. Pada tahap ini interaksi sosial sering terjadi dan anak menyadari
mengenai peraturan yang berlaku.
d. Tahap
Penerimaan Norma Kolektif (generalized stage). Pada tahap ini anak sudah
mencapai proses pendewasaan dan mengetahui dengan jelas kehidupan masyarakat. Anak
mampu mengetahui peran yang harusnya dilakukan dalam masyarakat.
2. Fungsi
Sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses
pembelajaran nilai dan norma sosial unttk membentuk perilaku dan kepribadian
individu sesuai dengan peraturan masyarakat. Adapun fungsi sosialisasi sebagai
berikut:
a. Membentuk
pola perilaku dan kepribadian individu berdasarkan kaidah nilai dan norma suatu
masyarakat.
b. Menjaga
keteraturan hidup dalam suatu masyarakat atas keragaman pola tingkah laku
berdasarkan nilai dan norma yang diajarkan.
c. Menjaga
intergrasi kelompok dalam masyarakat.
3. Tujuan
Sosialisasi
a. Mewariskan
nilai dan norma kepada generasi penerus.
b. Membantu
individu untuk mengenal lingkungan sekitar (adaptasi).
c. Memberikan
pengetahuan yang berhungungan dengan nilai dan norma yang harus dipelajari,
diinteralisasi serta dilakukan oleh individu.
d. Menjaga
hubungan ssial yang ditunjukan dengan adanya integrasi dalam masyarakat.
e. Mencegah
terjadinya perilaku menyimpang yang akan dilakukan oleh seseorang atau sebagai
dasar pengendalian sosial.
4. Bentuk
Sosialisasi
a. Sosialisasi
primer merupakan bentuk sosialisasi pertama yang diterima individu dalam
lingkungan keluarga.
b. Sosialisasi
sekuder dilakukan setelah sosialisasi primer. Sosialisasi ini terjadi ketika
individu memasuki dunia sekolah, lingkungan bermain, lingkungan kerja dan media
massa.
c. Sosialisasi
represtif merupakan bentuk sosialisasi yang berkaitan dengan pemberian hadiah
(reward) dan hukuman (punishment).
d. Sosialisasi
partisipatoris merupakan sosialisasi yang dilakukan dengan mengutamakan
partisipasi anak.
e. Sosialisasi
secara sengaja (formal) merupakan bentuk sosialisasi yang dilakukan melalui
proses pendidikan.
f. Sosialisasi
secara tidak sengaja (nonformal) terjadi karena faktor ketidaksengajaan melaui
interaksi sosial dengan orang lain. Individu meniru tindakan subjek sosialisasi
dalam interaksi yang teralin diantara mereka.
g. Sosialisasi
langsung dilakukan secara face to face tanpa menggunakan media atau perantasa
komunikasi.
5. Faktor
Pembentuk Kepribadian
Sosialisasi berpengaruh pada proses
pembentukan perilaku dan kepribadian individu. Faktor pembentuk kepribadian
sosialisasi sebagai berikut :
a. Faktor
Biologis. Kondisi biologis dapat diengaruhi oleh faktor keturunan, misalnya
bagian tubuhnya kurang sempurna.
b. Faktor
Kelompok. Kelompok sangat mempengaruhi proses pembentukan kepribadian individu.
Individu yang bergabung dalam kelompok anak nakal, besar kemungkinan akan
menjadi anak nakal pula.
c. Faktor
Prenatal. Faktor ini berkaitan denganpemberian rangsangan atau stimulus ketika
anak masih didalam kandungan.
d. Faktor
Geografis. Kondisi geografis suatu daerah akan berpengaruh pada pembentukan
watak individu dalam masyarakat. Misalnya seorang dari daerah terpencil
memiliki kepribadian yang berbeda dengan kepribadian seseorang dari daerah pdat
penduduk.
e. Faktor
Kebudayaan. Suatu kebudayaan daat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Misalnya,
orang dari suku Minang senang meratau dan orang dari suku Jawa berkepribadian
halus.
f. Faktor
Pengalaman. Pengalaman yang menyenangkan dapat membuat seseorang mengembangkan
kepribadiannya. Sebaliknya, pengalaman yang buruk dapat menyebabkan seseorang
trauma.
Sumber : Buku Detik Detik Ujian Nasional Sosiologi- Intan
Pariwara
???????????????????
BalasHapus