I.
ANALISIS PASAR
Pasar adalah pusat perbelanjaan tradisional dimana
berlangsungnya transaksi antara penual dan pembeli (konsumen dan produsen).
Kami sekelompok meneliti pedagang di Pasar Bengkok khususnya untuk pedagang
buah.
II.
RUMUSAN WAWANCARA
·
Nama bapak/ibu siapa?
·
Jumlah keluarga dan tanggungan keluarga bapak/ibu berapa?
·
Tempat tinggal bapak/ibu dimana?
·
Sudah berapa lama bapak/ibu berjualan sayur di sini?
·
Untuk buah-buahan yang sudah di bungkus, apa bapak/ibu mencampurkan buah
yang lama dan baru?
·
Kendala apa saja yang bapak/ibu alami dalam berjualan?
·
Apakah dengan jualan buah sudah mencukupi kehidupan rumah tangga
bapak/ibu?
·
Tiap harinya, berapa pendapatan yang bapak/ibu peroleh dari jualan buah?
·
Berapa keuntungan rata-rata perbualan jualan buah?
·
Suka-duka apa saja yang bapak/ibu rasakan selama jualan buah di sini?
·
Apakah selain jualan buah bapak/ibu mempunyai pekerjaan lain?
·
Bagaimana timbangan yang sering di gunkan dalam transaksi jual-beli?
III.
HASIL WAWANCARA
PEDAGANG I
Bernama Ibu Minah, beliau berjualan
buah di pasar bengkok sudah 5 bulan. Ibu Minah sendiri bersama suaminya sudah
berjualan buah selama 10 tahun. Ibu Minah mempunyai 2 anak yang masih duduk di
bangku Sekolah Dasar. Kami bertanya tentang buah yang sudah di bungkus, apakah
beliau mencampurkan buah yang lama dengan buah yang baru, lalu beliau menjawab
“Saya tidak pernah mencampurkan buah yang lama dengan buah yang baru. Jika ada
yang baru, buah lama yang sudah tidak layak untuk di makan saya buang. Insa
Allah saya jujur”, begitu jawabnya. Kendala yang sering Ibu Minah alami saat
berjualan buah seperti ini hanya persaingan sesama penjual buah yang semakin
ketat, karena dimana-mana sudah ada yang menjual buah. Sebenarnya, hanya dengan
berjualan buah seperti ini saja belum mencukupi kebutuhan hidup Ibu Minah dan
keluarga, mengingat suaminya juga sama berjualan buah. Hasil keuntungan yang
mereka peroleh setiap hari pun tidak menentu, apa lagi untuk perbulan, sulit
untuk di perkirakan. Namun, jika hanya untuk makan sehari-hari sudah cukup. Lalu
kami menanyakan tentang timbangan yang mereka gunakan. Ternyata, mereka
menggunakan magnet dengan alasan ‘agar lebih untyng, karena dengan magnet
beratnya akan nambah’.
PEDAGANG II
Pedagang ke-2 yang kami wawancarai bernama Pak Suep. Buah
yang di jualnya bukan buah miliknya sepenuhnya, ia hanya ikut keluarga pak
Sulaiman untuk menjual buahnya. Pak Suep sendiri sudah bekerja untuk Pak
Sulaiman selama 6 tahun. karena Pak Suep sudah tidak mempunyai sanak saudara
lagi di Tangerang, Pak Suep pun tinggal di rumah Pak Sulaiman yang mempunyai 4
orang anak: 2 anak sudah menikah dan 2 lagi masih sekolah. Ketika kami
menanyakan tentang system penjualan buah yang sudah di bungkus, pak Suep
menjawab “Saya mencampurkan buah yang lama dengan yang baru. Tapi tetap memilih-milih.
Jika buah yang lama hanya ada sedikit cacat, saya campurkan dengan buah yang
baru agar tidak terbuang sia-sia”. Pak Sulaiman sendiri jualan buah
kurang-lebih sudah 20 tahun, 16 tahun di emperan dan 4 tahun di ruko. Untuk
enghasilan sehari yang di dapat menapai 350.000, dan perbulan bisa mencapai 3 jutaan. Untuk
system timbangannya, pak Suep menggunakan batu, beliau berusaha jujur dalam
menimbang jika ada pembeli yang membeli dagangannya. Banyak suka-duka yang pak
Suep alami. Sukanya jika sedang banyak yang membeli, dagangan bisa habis.
Dukanya, jika pembeli yang membeli sedang sepi, alhasil banyak buah yang banyak
belum terjual.
IV.
KESIMPULAN
Dari wawancara yang kami lakukan dengan kedua pedagang
tersebut. Dapat kami simpulkan bahwa: Pedagang pertama mengalami kesulitan
dalam ekonomi, dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Oleh karena itu,
mereka menggunakan sedikit ‘tipuan’ untuk mengecoh pembeli yang membeli buahnya
dengan menggunakan timbangan magnet agar berat timbangan lebih, tapi berat buah
berkurang. Meskipun cara itu urang baik, bagaianapun kami memaklumi karena
usaha ‘licik’ itu di lakukan demi kelangsungan hidup keluarganya.
Sedangkan pedagang ke-2, merupakan orang yang lumayan
memadai untuk kehidupan sehari-harinya. Meskupun beliau tinggal sebatang kara
tanpa sanak saudara di Tangerang, namun majkannya yang baik membuat hidupnya
lebih baik juga hingga beliau tidak harus berbuat curang demi mendapat sebuah
keuntungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar